Ruang Doa


Picture by Pexel



Menulis puisi mengekspresikan rasa menuangkan segala gerah yang merasuk jiwa cara healing yang positip

Salah satu cara meringankan beban hati menjadi karya siapatau bisa menginspirasi yang lain 

Padahal dengan menulisnya tanpa sengaja mencerahkan pikiran pada keruwetan menyesak dada

Mengekspresikan apasaja yang ada disekeliling kita 

Entah berupa cinta, kerinduan, kekaguman, maupun kekecewaan 

Tak tau bentuknya seperti apa 

Akupun demikian kutulis bait - bait ini pada ketidakberdayaan menghadapi suasana hati pada permasalahan yang belum menemukan jawaban, bukan tak bisa namun aku tak berdaya 

Aku hanya berusaha mengolah rasaku agar jiwaku tidak rapuh

Ketakberdayaan juga kekuatan untuk membangun hubungan agak bathin ini senantiasa terhubung pada Sang Khalik hanya itu yang aku bisa 

Karena pada dasarnya setiap makluk ada berada pada keterbatasan 


Ruang Doa

oleh     Nita Hartini

Entahlah aku hanya ingin menuliskan saja semua perasaan yag mengalir 

Mengikuti hembusan anila memainkan pucuk daun pandan  

Kisah hijaunya melekat menyeka kepala

Cericit burung emprit berhamburan kala kaki kulangkahkan


Seolah terganggu dengan hadirnya langkahku 

Ah, maaf aku tak bermaksud menganggu 

Hinggap ditanah kembali dengan membawa rumput kering disudut paruh

Terbang dan bersarang di pohon tinggi 


Ternyata sedang membangun sarang sang buah hati

Sarang kau bangun dengan cinta kesabaran tak kenal lelah 

Pagi kau sambut dengan gembira riuh 

Kunikmati hadirnya fajar cantik menawan 


Berhias rona merah menyapu nabastala

Kuhirup sejuknya aroma pagi bersama rerumputan basah 

Bunga kamboja kuning keemasan gugur dari kelopaknya

Aroma semerbak kamboja berembus bersama anila 


Terkadang aku terdiam disudut ruang ini

Terjebak bersama sesaknya nafas 

Oh tidak, ak tak mau berlama terjebak disudut ruang 

Ruang ini sebenarnya indah 


Ruang yang hanya perlu dipenuhi dengan rasa syukur 

Aku tak bisa berbuat banyak pada ruang ini 

Hanya perlu ku isi dengan bait - bait diksi 

Diksi untaian nada bersama butiran tasbih berbungkus doa 


Bias bianglala diufuk pertanda harapan selalu ada 

Harapan berhambur bersama cumbuan mesra 

Terlena lalu tenggelam dalam pengharapan dan rasa takut

Aku siapa hanya sebutir debu tanpa daya 


Beterbangan berbaur debu debu cosmos jagad raya 

Ruang ini dalam kesendirian 

Kesendirian yang sejatinya tak sendiri 

Bergerak dan digerakkan untuk selalu dituntun dalam setiap langkah 


Dalam kebodohan dan kebutaan walau sejengkal  

Tuhan, aku tak berdaya 

Kugapai mentari Mu dalam keputusasan

Bukan aku tak mensyukuri setiap jengkal nafas yang kau jejalkan diparu - paru ini


Namun karena keterbatasan diriku dalam memahami Mu 

Engkau tau saat putus asa mendera jiwaku yang terus meronta meminta sebuah jawaban 

Saat itu hadir secercah pengharapan 

Harapan yang pupus pada ketidakmampuan dan penyerahan 


Disaat sudah tidak lagi mengharapkan 

Harapan dihadirkan untuk menguatkan langkah sebuah langkah panjang 

Dihadirkan dengan cinta dan kuasa Sang Pencipta 

Aku adalah ketidakmampuan pada malam - malam 


Bersimpuh luluh tenggelam pada ketidakberdayaan 

Hanya air mata yang mampu kuteteskan 

Seraya menangkupkan tangan beruntai butiran tasbih 

Menanti ruang penantian pada sebuah jawaban 


Jember, 26 Mei 2022


Posting Komentar

0 Komentar