Picure from pexel |
Puisi ini terinspirasi dari cerita seorang ibu juga wali siswa datang bercerita keluh – kesah keadaannya. menceritakan kondisi keluarganya dengan adanya PPKM terbatas yang telah merenggut penghasilan suaminya. Menyebabkan kondisi keluarganya terpuruk. Ibu ini bercerita panjang lebar bagaimana iya harus bekerja keras sebagai garda depan keluarga menggantikan tanggungjawab suaminya. Memikul tanggungjawab keluarga menghadapi kebutuhan hidup yang tak memberi jeda pada langkahnya.
Aku menulisnya menjadi puisi karena aku juga seorang Ibu. Aku merasakan apa yang dia rasakan.
RASA
Saat ini mungkin rasamu terluka
Demikian juga rasaku
Gelayut mendung menahan duka rintihan awan
Kekasih … Aku hanya memintamu mengorbankan sedikit rasa
Bertahan pada keegoan rasa sulit
Tidak mungkin
Membiarkan ambigu rasa mencekik kerongkongan
Serasa amblek menekan relung dada
Aku cukup mengerti kau tak ingin aku mengatasi semuanya sendiri
Namun kau juga perlu mengerti
Waktu tak mau berkompromi
Enggan menjeda langkah menjejal tanpa henti
Menekan nadi memompa adrenalin
Kekasih ... tubuhku tlah lunglai repui merasa
Daun tua gugur jika masa tlah tiba
Berganti pucuk muda pengganti masa
Demikian juga diriku tak kan mampu bertahan dalam rasa sulit ini
Segala daya upaya lebur dalam adorasi sebagai seorang Ibu
Berjuta langkah kulakukan demi sebuah rasa
Tuhan ajari aku bertahan dalam rasa
Rasa yang datang bak hantu mengerogoti raga dan asaku
Kekasih ... maukah kau sedikit mengerti
Berdamai dengan rasa ini
Jember, 24 September 2021
Pada akhirnya puisi ini saya ikutkan lomba Puisi Tingkat Nasional bersama Antaraksa Milenial diikuti 523 pendaftar dan menjadi 100 karya terbaik.
10 Komentar
👍👍👍
BalasHapus👍👍👍
BalasHapusSelamat ya Mbak Puisi yg bagus
BalasHapusTrimksh
HapusTerharu..
BalasHapusTrimksh semua yg sudah mampir membaca
BalasHapus👍👍
BalasHapusMasyaAllah...keren dan masuk ke hati...sukses trs bu
BalasHapusLuar biasa. Curhatan ortu siswa melshirkan puisi. Selamat malam, ananda Nita.
BalasHapusTrimksh bunda
Hapus