Merdeka Belajar dari pemikiran Ki Hajar Dewantara

 

picture from pixabay 


Halo sahabat edukasi nitamarelda !

Sudah lama nih ceritanya tidak mengisi blog, ada banyak sih sebenarnya ide dikepala yang mau dibahas hanya saja tidak segera dieksekusi. Semoga kedepannya bisa lebih konsisten nulis buat ngisi blog, menebar manfaat dan informasi seputar edukasi, untuk kemajuan pendidikan Indonesia. 

Beberapa hari yang lalu digroup whatsaap Komunitas Guru Belajar Jember ramai mendiskusikan istilah “Merdeka Belajar” istilah yang tidak asing dikomunitas Guru Belajar. Komunitas kami, wajib sifatnya bagi semua anggota komunitas yang baru bergabung untuk melakukan aktivitas pelatihan online yang bertajuk “ Nonton Bareng Guru Merdeka Belajar” dan “Guru Merdeka Belajar” fasiltas free ini bisa dinikmati melalui Sekolah.mu yang bisa diinstall melalui playstore. Pelatihan ini membantu guru memahami arti dari “Merdeka Belajar”. Sebenarnya pelatihan “Guru Merdeka Belajar” ini sebagai landasan wawasan untuk merubah mindset guru dalam pengajaran, memberi pengalaman bermakna, dan meningkatkan kompetensi, saya rasa program ini bagus untuk membantu para guru memahami esensi merdeka belajar. 

Dari kesimpulan pelatihan yang saya peroleh artinya Guru merdeka belajar adalah guru yang adaptif terhadap perubahan, memiliki ciri berkomitmen terhadap tujuan, mandiri terhadap cara, dan selalu melakukan refleksi. Mampu menilai diri secara objektif  dan memperbaiki kekurangan dengan belajar untuk meningkatkan kompetensi diri. 

Jadi, guru itu pembelajar sepanjang hayat (life long learness) karena belajar adalah kebutuhan. Jadi ngak perlu lagi disuruh suruh atau menunggu atasan mewajibkan untuk mengikuti pelatihan ini itu, Kesadaran diri muncul dari dalam ( self awareness)

“Merdeka Belajar” yang bermuara dari pemikiran bapak Pendidikan kita Ki Hajar Dewantara. Meskipun demikian landasan ini perlu disesuaikan dengan kebutuhan zaman dan kebutuhan peserta didik. Yang terpenting tujuannya  “menghamba pada anak” yang  mencakup olah cipta, olah rasa, dan olah karsa, yang disesuaikan dengan kodrat alam dan kodrat zaman  

Berikut kutipan pemikiran beliau, 

“ Bagi Ki Hajar Dewantara, pendidikan tidak boleh dimaknai sebagai paksaan. 

Ia menginginkan peserta didik harus mengunakan dasar tertib dan damai, tata tenteram dan kelangsungan kehidupan batin, kecintaan pada tanah air menjadi prioritas”. Karena ketetapan pikiran dan batin itulah yang akan menentukan kualitas seseorang.

Landasan filosofis pendidikan Taman Siswa dalam membangun budayanya sendiri yang bersifat nasionalistik dan unversalistik. Prinsip dasarnya adalah kemerdekaan. Kemerdekaan yang memberikan rasa bahagia, keadilan, kedamaian, kekeluargaan, kebaikan hati. empati, cinta kasih, dan penghargaan. Adalah suasana yang dibutuhkan dalam dunia pendidikan. 

Menjadi hak setiap individu bahwa pendidikan hendaknya membantu peserta didik merdeka dan independen secara fisik, mental dan spiritual, Jadi pendidikan tidak hanya mengembangkan aspek intelektual saja tetapi perbedaan peserta didik tetap perlu dipertimbangkan. Arah urgensinya pendidikan menguatkan rasa percaya diri dan harga diri. 

Merdeka Belajar” menjadi landasan program kebijakan baru yang menjadi trending perbincangan yang diluncurkan Kementrian, menjadi bahan perbincangan hangat  diberbagai bidang pendidikan.

Apa saja yang berhubungan dengan pendidikan menjadi berlabelkan “Merdeka Belajar”. Sampai anggaran BOS pun jadi merdeka belajar hihihi,,,

Merdeka Belajar menjadi suatu landasan dalam pengajaran yang berpihak kepada anak, untuk memberikan pendidikan bermakna kepada peserta didik sesuai dengan kodrat zaman. Pendidikan itu seyogyanya diberikan secara holistik yang menyangkut olah cipta ( kognitif ) , olah rasa ( afektif ), dan olah karsa (kognitif ). 

Tujuan pendidikan Taman Siswa yang didirikan Ki Hajar Dewantara sendiri adalah Manusia Merdeka. Merdeka baik secara fisik, mental dan kerohanian. Dalam hal pendidikan menurut pemikiran beliau tidak hanya sekedar memberikan ilmu pengetahuan kepada siswa, akan tetapi lebih luas daripada itu yaitu mentransfer nilai. guna menyiasati terwujudnya kehidupan yang bernilai bermakna, bersahaja, dan bermartabat atau disebut dengan pendidikan yang berkarakter.

Masih banyak guru yang belum paham apa esensi dan arti dari “ Merdeka Belajar “. Banyak yang masih memaknai hal baru dengan gaya lama. Memaknai hal baru dengan gaya lama akan menjadi bahaya karena tidak akan memberikan progress apa apa. Sehingga menimbulkan salah paham terhadap konsep belajar. 

Berikut kesalahan konsep belajar yang  berhasil dirangkum dan dikemas dalam bahasa yang ringan dan mudah dipahami.

1. Belajar jika hanya akan ada ujian saja. 

Diperkuat dengan adanya penjadwalan dari sekolah, sehingga muncul istilah yang akrab dikalangan pelajar yaitu sistem SKS (sistem kebut semalam) demi mengejar predikat memuaskan belajar habis – habisan saat ujian selesai usai pula belajarnya. Padahal dalam kehidupan ujian datang tidak dijadwalkan  

2. Kontrol belajar ditangan pengajar 

Pengajar memiliki wewenang sepenuhnya terhadap belajar siswa. Pengajar menentukan strategi pengajaran,asesmen belajar dan aktivitas pembelajaran. Pengajar menjadi subjek utama dan pelajar menjadi objek dalam pembelajaran.

Pelajar tidak dilibatkan dalam pengambilan keputusan dalam proses belajar Pelajar hanya menerima pengetahuan saja dan tidak ikut memiliki dalam proses pembelajaran. 

Seringkali saat tujuan pembelajaran tidak tercapai membuat pengajar lebih cemas dari siswanya.

3. Pelajar mempunyai kebutuhan dan minat yang sama 

Semua kontrol pembelajaran ada ditangan pengajar, Pengajar cukup membuat satu resep dan diterapkan pada semua siswa dalam satu kelas. Padahal pelajar memiliki kebutuhan yang berbeda untuk itu perlu adanya differensiasi dalam pengajaran. 

Selama lebih dari 12 tahun pengajar  memastikan pelajar bisa mengerjakan soal ujian karena memang orientasi belajar dinegeri ini bisa menghafal rumus dan menyelesaikan soal ujian dengan benar. Padahal saat pelajar melakukan kesalahan sebenarnya ia juga belajar, melakukan refleksi dan memperbaiki kembali.


Lalu bagaimana dengan “Merdeka Belajar” yang bermuara dari pemikiran Ki Hajar Dewantara ?


Konsep dari Pendidikan Taman Siswa adalah Manusia Merdeka. Manusia yang merdeka adalah individu yang mampu  berkembang secara utuh dan selaras dari segala aspek kemanusiaan mampu menghargai dan menghormati kemanusiaan setiap orang. Menjadi pelajar yang berkarakter 

Semenjak pandemi sistem pendidikan sudah mengalami perubahan. Dari pembelajaran tatap muka menjadi pembelajaran online, hal ini tentu menuntut kreativitas guru mengembangkan pembelajaran inovatif yang menyenangkan dan bermakna bagi peserta didik, kemampuan menguasai dunia digital serta mengintegrasikan dalam pembelajaran yang dibungkus tehnologi menjadi hal baru yang terus dikembangkan sebagai tren Literasi Digital. 

Banyak platform – platform rumah belajar dibuka dari yang gratis sampe berbayar diluncurkan untuk membantu guru berdaya dalam literasi digital. 

Ruh Merdeka Belajar dari pemikiran Ki Hajar Dewantara menelurkan inovasi – inovasi baru membangun kreatifitas, memberdayakan kearifan lokal sebagai media pembelajaran untuk saling mengenal para guru didunia maya untuk ditranformasikan kedalam pembelajaran bermakna dikelas masing – masing.  

Salah satu tren media Tik – Tok yang mungkin dianggap memberikan efek negative terhadap siswa, dengan sentuhan inovatif seorang guru merdeka belajar akan menjadi media pembelajaran yang mengasyikkan, inilah fungsi dari penguasaan literasi digital.

Tehnologi ditangan guru akan memberikan kekuatan baru dalam inovasi pembelajaran, daripada siswa menonton konten – konten yang tidak bermanfaat.

Sikap – sikap professional guru sangat dibutuhkan. Sudah seharusnya guru menumbuhkan self awareness keinginan memperbaiki diri serta keinginan untuk mengikuti perkembangan zaman hal ini sangat diperlukan untuk memberikan sentuhan perubahan dalam transformasi pendidikan.

Akhir kata guru merdeka belajar akan terus belajar, berkomitmen, adaptif, dan berinovasi mencari cara merefleksikan Rasa Cinta dan tidak takut salah karena salah adalah bagian dari belajar.

Tiada gading yang tak retak, semoga tulisan ini memberikan manfaat

Ditulis oleh Nita Hartini guru SDN Ajung 03



Posting Komentar

22 Komentar

  1. Cakep Mantab. Merdeka Belajar, Merdeka Mengajar, Merdeka Berinovasi.

    BalasHapus
  2. Bisa jelaskan lebih detail bagian ini:
    ...peserta didik harus mengunakan dasar tertib...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pengajaran yang runtut dari konsep yang sederhana smpai yang lebih kompleks, misalnya mengajarkan masalah makhluk hidup maka mengajarkan dr yang sederhana sampai konsep yang komplek

      Ini menurut pendapat saya

      Hapus
  3. Memaknai hal baru dengan gaya lama... Contoh?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sistem pendidikan sudah berubah menuju akselerasi digital, guru bisa belajar dari berbagai sumber, namun pada kenyataan dilapangan masih ada pemikiran belajar nunggu surat perintah dari atasan ,mengambil inisiatif dan adaptif pada perubahan diperlukan menuju transformasi pendidikan, masak mengaktifkan akun belajar.id masih menunggu surat perintah dari dinas .ini yg dinamakan memaknai hal baru dg gaya lama

      Hapus
  4. Artikel sangat bermanfaat bu.. Pendidik menjadi self awareness

    BalasHapus
  5. Selalu semangat.dan slu berkarya

    BalasHapus
  6. Merdeka belajar, gagasan lama, berinovasi kayaknya ya ananda Nita. Selamat malam, ananda Nita. Terima kasih ulasannya.

    BalasHapus
  7. Guru pun harus terus belajar, bukan hanya siswa yang harus belajar.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mantap setuju semua guru semua murid semua sama-sama belajar untuk kemajuan pendidikan

      Hapus
  8. Sangat informatif. Blognya keren Bu 👍👍

    BalasHapus