Apa Kabar Puisi?

Pixabay picture dusk


Menulis puisi itu mengalir bagai air terkadang timbul tenggelam dalam bentuk coretan yang berserakan disatukan dalam rasa yang tak bisa diurai kata, lahir dari jiwa memberikan makna. 
Ada banyak rasa mengalir didalamnya, setiap penulis puisi mempunyai gaya yang berbeda dalam menyampaikan pesan.
Rasa kangen menulis puisi ada karena ingin menuangkan rasa entah sedih,gembira,bimbang atau kecewa.

Puisi berikut saya tulis dadakan sebagai pengobat rasa kangen  untuk menulis puisi,terpantik dari sebuah cerita yang menggetarkan hati dan jiwa


Dusk in the Sky

Seuntai pesan datang menanya kabar
Pesan asal kubalas dengan rasa tak suka 
Menjalar rasa biasa saja tak menyimpan makna apa apa
Senyum manis terlukis tanpa dosa
Ah..betulkah demikian hadirmu membawa warta gembira ataukah bencana 

Mengenalmu tanpa ada rencana yang tertata
Kesan apa adanya santun terbungkus dalam wicara 
Mengalir sendu gemericik air dari sendang rindu
Gelombang lintas negara membawamu terdampar diujung penantian
Sudahkah terpikir luka dalam ketidakpastian

Indahnya dirimu penuh wibawa nan menawan
Derap langkah pasti tertata bak perwira
Kilatan mata coklat penuh cinta tajam menghunjam 
Sejuta  pesona bagai mata dewa
Penuh percaya diri keyakinan tanpa keraguan
Jari jari perkasa menyentuh langit dunia

Memaksaku untuk percaya ada rona di Seberang sana
Timbul diantara daun daun gugur disela akar pohon 
Segenggam asa tak bertepi kau tawarkan dalam diorama jari lentik putih
Menghias hati meyakinkan jiwa yang tak percaya 
Keyakinan yang tertanam dengan perkasa 

Don't worry mybaby everthing will be fine 
We never know what will happen
Whenever you need me I'll be there 
Soft gentle down the stream 
Strongest will beat uncertainty
Dusk in the Sky as Witness


Demikian yah puisinya coretan kata berserakan dipadukan dalam rangkaian romansa 

Beri komentar untuk Dusk in the Sky






Posting Komentar

26 Komentar

  1. This touched my heart .thanks dear .

    BalasHapus
  2. Sekilas.. dust in the wind. 😀
    Keren puisinya.🙏

    BalasHapus

  3. Lembut, asyik.
    Cuma sebagai masukan, puisi itu memang termasuk genre sastra yang 'bebas', dalam arti dia terkadang menafikan tanda-tanda baca. Seperti memakai huruf kecil semua, tanpa titik atau koma, dst.

    Namun, untuk hal-hal mendasar perlu diperhatikan kaidah-kaidah berbahasa yang lain. Penggunaan kata depan di, ke, dll, harus dipisah dengan kata yang mengikutinya.

    Di seberang, bukan diseberang. Seberang adalah kata keterangan tempat. Itu salah satu contoh.

    Maaf, ya, Mbak Nita 🙏🙏

    BalasHapus

  4. Mantap, Mbak Nita. Syukur, rupanya mulai sekarang saya bisa masuk ke blogmu.

    BalasHapus
  5. Keten ikh!!
    Mampir ke lapak ku ya

    BalasHapus
  6. Aku telah berkabar. Mampir juga ya. Ditinggu
    Terima kasih

    BalasHapus
  7. Debu-debu yang berserakan di jagat bima sakti. Terang-terang setitik-demi setitik, menghambur di angkasa raya. Puisi yang bagus bu. Salam

    BalasHapus
    Balasan
    1. Trimksih dah bersedia mampir dan membaca tulisan saya

      Hapus